Para-GrapH

5:26 PM 0 Comments


                Lagaknya, orang-orang mulai makin mahir memainkan pengetahuan mereka. Memainkan suara-suara merdu dibalik getir. Menambahkan manis gula di atas racun yang disimpan di akhir cerita. Tayangan penuh rasa kelaki-lakian jadi penghias malam-malam yang saya habiskan. Penuh potongan sempurna dan citarasa. Penuh kata mutiara dan kebanggaan. Dan saya, saya hanya orang awam yang dengan begitu bodoh dan gampang termakan ode yang dinyanyikan secara nyaring. Dan saya, saya hanya makhluk dengan pikiran terbatas yang bahkan dengan senang hati mengikuti lekuk-lekuk yang mereka siapkan, walaupun jelas tergambar hal buruk di balik lekukan itu. Ndeso, cemen, banci. Ya itu, itu yang mereka ucapkan, termasuk saya, pada kaum lain yang secara baik sengaja atau tidak menyentuh garis citarasa dan kebanggaan kami.
                Bah. Lagaknya, orang-orang mulai pintar bermain kata-kata. Ada saja yg mereka  bahas untuk memojokkan saya. Memangnya saya peduli? Saya tidak bodoh, walaupun jarang terpantik keinginan untuk berpikir. Saya tidak goblok, walaupun perkataan kalian susah untuk dijelaskan secara logika saya. Wong saya ini tahu. Tahu betul apa yang kalian maksud. Tahu betul apa yang kalian bilang. Saya cuma ga ngerti, kalau toh saya secara tidak sengaja termakan kata kalian, apa untungnya bagi kalian? Toh ga akan mendatangkan sepeserpun uang untuk makan keluargamu, istrimu, anak-anak bayimu.
                Saya ini ya saya. Saya tahu lah, kalau saya sudah terlanjur termakan paragraph pertama. Dan kalian datang. Wajah-wajah yang mampu menulis sebuah kalimat saya, jadi sebuah cerpen putus asa di mata orang lain. Lalu kalian menyebarkannya, seolah kami adalah para pesakitan menjijikkan yang lebih hina dari anjing. Kalian mulai memagari beberapa kawasan secara tak kasat mata namun menyiksa. Kalian batasi gerak kami, karena kalian tahu, kami terlanjur termakan paragraph pertama dan tak akan mengikuti paragraph kedua. Itu, itu yang kalian lakukan sejauh ini. Hanya karena harapan-harapan yang kalian keluarkan tak kami gubris, kami anggap angin lalu. Toh, sekali lagi, ga ada untungnya buat kalian. Mau kami jadi pesakitan, pecandu, mati, itu seratus persen bukan salah kalian. Itu salah kami. Kami.
                Ahh.. Atau kalian merasa jengkel, karena beberapa kaum kalian mulai mengikuti paragraph pertama seperti saya, seperti kami. Dan kalian mencoba membujuk kaum kami, berkhianat. Menuju kehidupan yang lebih baik seperti kalian. Ahh, sudahlah. Tak ada gunanya, wong kaum kami ga pernah memaksa kaum kalian ikut paragraph satu, ya mereka dewe seng pengen melu.Ahh, sudahlah. Ga ada habisnya kalau saya berkeluh kesah di sini, toh rokok saya mulai habis dan saya harus menyalakan satu lagi.

Unknown

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard. Google

0 komentar:

Dimohon untuk menggunakan kata-kata yg sopan