Kartavirya Arjuna - Arjuna Sasrabahu: Sang Arjuna Berlengan Seribu
Lama ga ngeposting yak?
Ya gini... Kesibukan rutinitas yang menceleng buta banyak nyita waktu ngejar UMR nih ^^
Kali ini share kisah pewayangan (lagi) ya, dari epik Ramayana, biar ga melulu bahas yang Mahabhrata.
Kartawirya Arjuna (Arjuna Sasrabahu)
Kartawirya Arjuna, atau boleh
dibilang Kartavirya Arjuna, Arjuna Sasrabahu, maupun Sahasrarjuna, adalah bukan
merupakan tokoh bernama serupa, Arjuna, dalam epic Mahabhrata. Beliau hidup pada
masa Ramayana, dan merupakan seorang raja dari kerajaan Haheya. Di pewayangan
jawa, beliau adalah Prabu Maespati.
Nama Kartawirya Arjuna, dapat diartikan
sebagai Arjuna Putera Kretawirya. Prabu Kretawirya sendiri adalah ayah,
sekaligus raja pendahulu di kerajaan Hehaya. Sedangkan Kartawirya sendiri
bermakna ‘Kekuatan Membasmi’, nama Arjuna memiliki makna ‘bersih’ ‘bersinar’
dan ‘terang’. Di Jawa, prabu yang satu ini lebih dikenal dengan nama Arjuna
Sasrabahu. Sasrabahu memiliki makna ‘Berlengan Seribu’. Di Jawa, Arjuna
Sasrabahu adalah salah satu awatara Vishnu.
Seperti namanya, Arjuna Sasrabahu
adalah seorang sakti yang dengan kesaktiannya itu pula, beliau memiliki seribu
lengan. Kehebatan Arjuna Sasrabahu , telah dibuktikan dengan mengalahkan tokoh
antagonis utama Ramayana, Rahvana. Rahvana, beberapa tahun sebelum dikalahkan
oleh Sri Rama, adalah seorang raja besar Alengka yang terus menerus memperbesar
kerajaannya dengan cara menjajah daerah-daerah sekitarnya.
Pada suatu hari, kamp tempat
penginapan Rahvana dalam masa perluasan tergenang banjir. Rahvana pun berang
dan mencari asal muasal banjir di penginapannya. Dilihatnya ternyata sang Prabu
sedang tertidur dan seribu lengannya membendung aliran sungai Narmada. Rahvana pun
marah dan segera menyerang Arjuna. Pertempuran sengit pun terjadi, dan berakhir
dengan kekalahan Rahvana. Rahvana diikat dan diseret dengan kuda Arjuna menuju
singgasana Haheya. Sesaat akan dieksekusi, Resi Pulastya, kakek Rahvana datang
dan memohon agar Rahvana dibebaskan. Arjuna pun mengampuni Rahvana dan
membiarkannya pulang dengan perasaan malu.
Sapi Sakti: Kamadhenu |
Sang Prabu tewas di tangan
Parasurama (salah satu awatara Vishnu – seorang dengan hidup abadi). Alkisah,
Arjuna berkunjung ke Jamadagni. Pada awalnya, kunjungan itu penuh dengan
sambutan hormat sang Resi pada Arjuna. Namun saat Arjuna melihat sapi sakti
milik Jamadagni, yaitu Kamadhenu, dan memintanya, sang Resi menolak. Hal itu
membuat Arjuna murka dan merampas sapi tersebut. Putra Jamadagni, Parasurama,
yang melihat sapi ayahnya dirampas, segera mengejar Arjuna. Bersenjatakan kapak
Dewa Siwa, Parasurama berhasil memotong seribu lengan Arjuna dan memenggal
kepalanya. Putra-putra Arjuna yang tidak terima Arjuna dibunuh, balik menyerang
dan membunuh Jamadagni saat Parasurama tidak ada. Hal ini yang membuat
Parasurama mengamuk dan menumpas semua keluarga besar Kartawirya Arjuna.
Kartavirya Arjuna - A Thousand Hand Warrior |
. ARJUNA SASRABAHU
Dalam pewayangan jawa, prabu Arjuna
Sasrabahu adalah prabu pada kerajaan Maespati. Beristrikan Citrawati, salah
satu inkarnasi Dewi Widowati, pada masanya. Beliau adalah salah satu awatara
Vishnu. Beliau memiliki keponakan yang bernama Sumantri dan Sukasrana,
sedangkan dengan Parasurama, atau lebih dikenal sebagai Ramabargawa di Jawa,
beliau masih memiliki hubungan sepupu.
Dalam hal memperistri Citrawati,
diutuslah Sumantri menuju Magadha untuk mengikuti sayembara memboyong
Citrawati. Dengan kesaktiannya, berdirilah Sumantri di arena sayembara, seribu
raja bersinggasana gajah dibuat mengerang, menangis darah oleh Sumantri. Kemenangan
dalam sayembara tersebut membuat Sumantri lupa diri, sehingga ditantanglah sang
Paman, Arjuna Sasrabahu, dalam pertempuran memperebutkan Citrawati. Pertarungan
sengit terjadi, hingga akhirnya Sumantri pun mengaku kalah. Arjuna mengampuninya
dengan syarat mampu memindahkan Taman Sriwedari dari gunung Untarayana ke dalam
Maespati. Dengan bantuan adiknya, Sukasrana, Sumantri berhasil memindahkan
taman tersebut hingga akhirnya dia diangkat menjadi patih di Maespati, bergelar
Patih Suwanda.
Pada suatu hari,pergilah Arjuna dan
Citrawati. Citrawati berkeinginan untuk dapat mandi bersama dengan seribu
abdinya di sungai Narmada. Begituah, Arjuna segera mengubah dirinya menjadi
raksasa, dan dengan seribu tangannya, beliau membendung aliran sungai, dan
tertidur di sana. Bendungan seribu tangan Arjuna itulah yang membuat banjir
menggenangi kemah Rahvana dalam upaya perluasan wilayahnya. Ditambah lagi dengan
pengetahuan bahwa Citrawati adalah inkarnasi dari Dewi Widowati, maka semakin
bersemangatlah Rahvana. Tak ayal, Rahvana dan pasukannya segera menyerang kemah
Arjuna. Sumantri berdiri dan menghadang, melindungi ndoro dan ndorowati-nya.
Pertempuran sengit terjadi. Luluh lantak
bersimbah darah Patih Suwanda yang sebelumnya membantai seribu pasukan bergajah
tanpa berkeringat. Suwanda tewas. Arjuna yang mengetahui keponakan tersayangnya
mati, bangun dan segera maju menghadang Rahvana. Kali ini, Rahvana berhasil
diikat, dan diseret di belakang kereta kudanya mengelilingi dunia. Bathara Narada
yang melihat penyiksaan itu turun ke bumi. Beliau meminta pada Arjuna agar mau
melepaskan Rahvana. Memang takdir Rahvana untuk mati di tangan inkarnasi
Vishnu, namun bukan inkarnasi yang ini. Mengetahui itu, Arjuna mengampuni
Rahvana. Rahvana pun memimpin sebagai abdi Arjuna.
Namun, keinginan Rahvana tak berhenti
sampai di situ. Saat Arjuna pergi berburu, Rahvana masuk ke Maespati dan
menemui Citrawati. Beliau mengabarkan bahwa Prabu Arjuna telah tewas saat
berburu. Dengan tujuan agar Citrawati melupakan Arjuna dan ikut Rahvana. Namun yang
terjadi, Citrawati malah melakukan belapati dengan cara bunuh diri, masuk ke
kobaran api. Mengetahui istrinya mati, ditambah dengan kematian Suwanda
sebelumnya, Arjuna Sasrabahu merasa putus asa dan pergi menggelandang ke hutan.
Saat itulah, Vishnu keluar dari Arjuna sehingga selesailah masa awatara Arjuna.
Di sisi lain, Ramabargawa (dalam
pewayangan jawa, Ramabargawa/ Parasurama bukanlah awatara Vishnu), sedang dalam
perjalanan mencari cara agar kematiannya sempurna. Dewata memberitahu bahwa
kematian sempurna hanya akan diperolehnya dari awatara Vishnu. Untuk itulah
Ramabargawa mendatangi Arjuna dan menantangnya bertarung. Arjuna meladeni,
namun karena keadaan Arjuna yang sudah kehilangan semangat hidup, Arjuna pun
kalah mengenaskan dengan terpotongnya seribu lengannya, dan berakhir dengan pemenggalan
kepala Arjuna. Karena Arjuna kalah, Ramabargawa merasa telah ditipu, sehingga
Dewata pun memberitahu bahwa Vishnu sudah keluar dari raga Arjuna dan akan terlahir lagi pada
Sri Rama. Karena itulah Ramabargawa segera pergi mencari Rama, dan kemudian
akan dikalahkan oleh Rama.
Lukisan pembantaian Arjuna oleh Parasurama |
Begitulah akhir riwayat dari Arjuna
Sasrabahu. Seorang raja besar,baik dalam mitologi Hindu maupun dalam sejarah pewayangan
Jawa. Kalau yang seangkatan saya, mungkin pada masa Sekolah Dasar akan ingat
dengan sebuah buku ‘Pepak Basa Jawa’. Disana ada bagian yang menyebut bahwa
Arjuna adalah raja Maespati. Bagi masyarakat kekinian, nama Arjuna ya Arjuna
Pandhuputera tersebut, Saudara dari Yudhistira, Bima, Nakula, dan Sadewa. Padahal,
jauh sebelum masa Mahabharata, ada seorang raja yang bernama Arjuna juga. Dan bahkan
beliau sempat disebut sebagai awatara Vishnu, mampu mengalahkan Rahvana, dan
beristrikan Citrawati, salah satu inkarnasi Dewi Widowati selain Dewi Sukasalya
(Dewi Kosalya, istri Dasarata, ibu dari Rama), dan Sita (Dewi Sinta, istri dari
Sri Rama).
Kartavirya Arjuna, Sang Raja
Hehaya, beribukota di Maespati.
0 komentar:
Dimohon untuk menggunakan kata-kata yg sopan