Sekedar Curhat Tentang Sukses
Ini hidup saya.
Saya adalah seorang karyawan biasa di sebuah dealer resmi salah satu produsen
mobil. Saya hidup nge-kost di salah satu sudut Surabaya. Setiap pagi, hal utama
yang harus saya lakukan adalah bangun maksimal pukul tujuh pagi. Antri mandi
dengan empat biji temen saya sekantor. Lantas beranjak menuruni tangga kostan
ke garasi, menstarter motor hitam saya dan menuju ke tempat kerja. Kerjaan saya
itu mulai pukul delapan kurang lima belas menit, dan saya biasanya datang tiga
menit sebelum sirine berbunyi. Hampir ndag pernah sarapan. Hanya sebatang
rokok, dan segelas air dingin dari kulkas kostan. Pikir saya, toh ndag akan
banyak pengaruh buat sarapan atau engga. Selain lebih ke arah hemat uang
bulanan, dan saya ndag punya waktu belebih buat nyiapain sarapan di kostan.
Kerja saya selesai normal pukul empat sore, belum termasuk ada tetek bengek
macem-macem seperti meeting dan apalah yang membuat jam pulang saya jadi molor.
Sampai kostan, saya bakal telentang di kasur. Nyalain tivi, laptop, sambil nyolok
hape ke colokan terdekat. Kalo perut mulai berbunyi, saya turun ke warung di
bawah kostan, pesan semangkuk mie instan,segelas marimas, dan sebungkus rokok.
Nongkrong. Sampai jarum jam mengarah ke angka sebelas. Pas balik ke kostan,
saya mojok bareng laptop lagi. Blogging, nulis, sosmed, gaming, sampai mata
lelah dan ndag sadar udah ketidur.
Besok, kejadian
serupa terulang lagi.
Oke, hidup
manusia itu dibagi jadi dua sifat. Hidup yang sukses, dan hidup yang ndag
sukses. Hidup yang sukses itu ditandai dari jumlah uang di dompet, jumlah saldo
di rekening, gadget dan barang bermerk, ditambah peluang gaet cewe cakep. Hidup
yang sukses dengan fasilitas seperti itu, ditebus dengan waktu luang yang
menjadi sangat sempit. Lebih banyak ngehabisin waktu di kantor daripada di
rumah, sulit nyari hiburan, kurang tidur, jarang makan (atau ga punya sempet
waktu buat makan). Hidup seperti ini, menjanjikan masa depan yang cerah dan
layak kalau kata Mario Teguh. Sehingga banyak orang-orang yang memimpikan hidup
seperti ini, dengan harapan hidup jadi mudah, dan punya pasangan hidup yang
cakep (jelas, kan kita kaya).
Kayaknya sih,
tujuan manusia itu ya hidup enak, nyaman. Sebagian orang ngertiin itu sebagai
buah hasil kesuksesan. Hidup mudah kalo banyak uang, dan itu hasil dari kerja
keras. Saya pribadi juga pengen hidup enak, masalahnya saya ndag suka dengan
istilah sukses. Kalau sukses itu kayak yang saya bilang di atas ini tadi, ya
saya ndag mau sukses. Ndag guna. Coba deh, saya saja yang cuman karyawan slengekan,
hidupnya, bujileh rempong banget. Sampai-sampai ndag sempet sarapan, hiburan
cuman sama laptop dan hape. Gimana kalo saya jadi bos gede, yang pekerjaannya
masha Allah banyak banget. Makin ga isa tidur, ga isa sarapan, makin pagi buat
ngantor, dan bla-bla-bla.
Kalau saya boleh
punya cita-cita di umur segini. Saya lebih milih punya kedai kopi di samping
rumah daripada jadi karyawan, walau pun secara penghasilan, taraf hidup, dan
peluang karir, jadi karyawan seperti ini lebih menjanjikan bagi kehidupan saya.
Tapi waktu, mungkin sebagai pemilik kedai, uang saya pas-pasan, rekening bank
ndag seberapa, tapi saya bisa bangun agak siang setiap hari. Apabila kedai kopi
saya, direncanakan buka untuk malam hari, maka saya tambah wah. Pagi hari saya
bisa punya banyak waktu, berkumpul dengan keluarga saya, mengajak anak-anak
saya jalan-jalan, mengantarkan mereka sekolah, membaca banyak buku yang belum
sempat saya selesaikan, menulis. Dan pada akhirnya, sore hari saya baru membuka
kedai saya, meghabiskan waktu di kedai bersama pelanggan. Dan saat saya
berkerja itulah, saya masih bisa melakukan hal lain. Saya masih bisa menulis,
blogging, dan lain-lain. Hidup seperti ini mungkin tidak sukses di mata Mario
Teguh, tapi waktu bersama keluarga itu sukses menurut saya.
0 komentar:
Dimohon untuk menggunakan kata-kata yg sopan