Sekedar Curhat Tentang Sukses

5:05 PM 0 Comments


     Ini hidup saya. Saya adalah seorang karyawan biasa di sebuah dealer resmi salah satu produsen mobil. Saya hidup nge-kost di salah satu sudut Surabaya. Setiap pagi, hal utama yang harus saya lakukan adalah bangun maksimal pukul tujuh pagi. Antri mandi dengan empat biji temen saya sekantor. Lantas beranjak menuruni tangga kostan ke garasi, menstarter motor hitam saya dan menuju ke tempat kerja. Kerjaan saya itu mulai pukul delapan kurang lima belas menit, dan saya biasanya datang tiga menit sebelum sirine berbunyi. Hampir ndag pernah sarapan. Hanya sebatang rokok, dan segelas air dingin dari kulkas kostan. Pikir saya, toh ndag akan banyak pengaruh buat sarapan atau engga. Selain lebih ke arah hemat uang bulanan, dan saya ndag punya waktu belebih buat nyiapain sarapan di kostan. Kerja saya selesai normal pukul empat sore, belum termasuk ada tetek bengek macem-macem seperti meeting dan apalah yang membuat jam pulang saya jadi molor. Sampai kostan, saya bakal telentang di kasur. Nyalain tivi, laptop, sambil nyolok hape ke colokan terdekat. Kalo perut mulai berbunyi, saya turun ke warung di bawah kostan, pesan semangkuk mie instan,segelas marimas, dan sebungkus rokok. Nongkrong. Sampai jarum jam mengarah ke angka sebelas. Pas balik ke kostan, saya mojok bareng laptop lagi. Blogging, nulis, sosmed, gaming, sampai mata lelah dan ndag sadar udah ketidur.
     Besok, kejadian serupa terulang lagi.
     Oke, hidup manusia itu dibagi jadi dua sifat. Hidup yang sukses, dan hidup yang ndag sukses. Hidup yang sukses itu ditandai dari jumlah uang di dompet, jumlah saldo di rekening, gadget dan barang bermerk, ditambah peluang gaet cewe cakep. Hidup yang sukses dengan fasilitas seperti itu, ditebus dengan waktu luang yang menjadi sangat sempit. Lebih banyak ngehabisin waktu di kantor daripada di rumah, sulit nyari hiburan, kurang tidur, jarang makan (atau ga punya sempet waktu buat makan). Hidup seperti ini, menjanjikan masa depan yang cerah dan layak kalau kata Mario Teguh. Sehingga banyak orang-orang yang memimpikan hidup seperti ini, dengan harapan hidup jadi mudah, dan punya pasangan hidup yang cakep (jelas, kan kita kaya).
      Kayaknya sih, tujuan manusia itu ya hidup enak, nyaman. Sebagian orang ngertiin itu sebagai buah hasil kesuksesan. Hidup mudah kalo banyak uang, dan itu hasil dari kerja keras. Saya pribadi juga pengen hidup enak, masalahnya saya ndag suka dengan istilah sukses. Kalau sukses itu kayak yang saya bilang di atas ini tadi, ya saya ndag mau sukses. Ndag guna. Coba deh, saya saja yang cuman karyawan slengekan, hidupnya, bujileh rempong banget. Sampai-sampai ndag sempet sarapan, hiburan cuman sama laptop dan hape. Gimana kalo saya jadi bos gede, yang pekerjaannya masha Allah banyak banget. Makin ga isa tidur, ga isa sarapan, makin pagi buat ngantor, dan bla-bla-bla.
      Kalau saya boleh punya cita-cita di umur segini. Saya lebih milih punya kedai kopi di samping rumah daripada jadi karyawan, walau pun secara penghasilan, taraf hidup, dan peluang karir, jadi karyawan seperti ini lebih menjanjikan bagi kehidupan saya. Tapi waktu, mungkin sebagai pemilik kedai, uang saya pas-pasan, rekening bank ndag seberapa, tapi saya bisa bangun agak siang setiap hari. Apabila kedai kopi saya, direncanakan buka untuk malam hari, maka saya tambah wah. Pagi hari saya bisa punya banyak waktu, berkumpul dengan keluarga saya, mengajak anak-anak saya jalan-jalan, mengantarkan mereka sekolah, membaca banyak buku yang belum sempat saya selesaikan, menulis. Dan pada akhirnya, sore hari saya baru membuka kedai saya, meghabiskan waktu di kedai bersama pelanggan. Dan saat saya berkerja itulah, saya masih bisa melakukan hal lain. Saya masih bisa menulis, blogging, dan lain-lain. Hidup seperti ini mungkin tidak sukses di mata Mario Teguh, tapi waktu bersama keluarga itu sukses menurut saya.

Unknown

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard. Google

0 komentar:

Dimohon untuk menggunakan kata-kata yg sopan