Abhimanyu: Kematian Tragis Sang Ksatria
Selamat malam sahabat AlteresIND,
Setelah kita berbagi kisah kepahlawanan Dewabhrata Bisma dan Vasudev Khrisna, kali ini saya ingin berbagi tentang kisah tokoh kepahlawanan lain, yaitu Abhimanyu putera Arjuna.
Kisah tragis dalam peperangan terakhirnya, dan semangatnya serta keberaniannya dalam memikul tanggung jawab pada ayah, dan baktinya, membuat saya tertarik untuk berbagi kisah tentang satria yang satu ini.
Namun penokohan versi India dan Jawa yang berbeda sangat jauh dalam perwatakan tokoh ini akan membuat banyak sekali kisah yang berbeda dan kontradiksi di daerah-daerah dengan legenda tersendiri. Yang saya bagi ini hanyalah salah satu kisah kepahlawanan Abhimanyu yang cukup netral dan umum diceritakan.
ABHIMANYU
Abhimanyu
adalah salah satu tokoh dalam wiracarita epic Mahabhrata. Abhimanyu adalah
putera dari Arjuna putera Pandu dan Subadhra puteri Basudewa. Abhimanyu digambarkan
sebagai ksatria muda dengan kehormatan tinggi yang meninggal dengan tragis pada
saat perang Bharatayuda di Kurukhsetra, dibantai oleh lusinan senapati dari
Korawa. Kegigihan dan keberaniannya yang sangat tinggi membuat saya tertarik
untuk membagi kisah kehidupannya.
Nama Abhimanyu
terbentuk dari dua kata Sansekerta. Yaitu abhi
yang berarti ‘berani’ dan man’yu yang
berarti ‘tabiat’. Abhimanyu diartikan
sebagai ksatria yang mempunyai tabiat yang berani atau tak kenal takut. Dia menikahi
Dewi Uttara, puteri dari Raja Wirata, dan memiliki putera tunggal bernama
Parikesit. Parikesit sendiri adalah satu-satunya keturunan Kuru yang tersisa
setelah Bharatayuda, selain Pandawa.
Pada saat
masih di kandungan Subadhra, Arjuna sempat bercerita tentang strategi perang
kepada Subadhra. Pada saat itulah, Abhimanyu yang masih di dalam kandungan,
sempat menguping pembicaraan Arjuna dan Subadhra. Hal itu mengakibatkan
Abhimanyu adalah salah satu ksatria yang mendapat pengetahuan untuk masuk ke
formasi perang Chakra Vyooh (Chakra Wyuuha), selain Sri Khrisna, Arjuna,
Drupada, dan Mahaguru Drona. Kekurangannya adalah, sebelum Arjuna menyelesaikan
penjelasannya pada Subadhra, Subadhra tertidur. Itulah sebabnya, Abhimanyu
hanya mengerti bagaimana memasuki Chakra Vyooh, namun tidak bisa keluar dari
sana.
Pada hari
ke-13 Bharatayuda. Pasukan Korawa memunculkan formasi perang Chakra Vyooh. Pandawa
dengan menunjuk Khrisna dan Arjuna, berencana masuk dan membubarkan formasi
tersebut. Namun sayangnya, pada hari perang, Khrisna dan Arjuna harus
menghadapi pasukan Raja Trigarta dan terpaksa keluar dari Kurukhsetra. Sehingga
pada hari itu, hanya Abhimanyu lah yang mempunyai pengetahuan untuk memasuki
formasi Chakra Vyooh. Keraguan menghampiri kubu Pandawa karena Abhimanyu sama
sekali tidak mengetahui cara keluar dari formasi tersebut. Sehingga kubu
Pandawa (Yudhistira, Bima, Nakula, dan Sadewa) pun berniat mengikuti Abhimanyu
masuk ke dalam formasi tersebut dan membantu Abhimanyu untuk keluar dari sana.
Dengan
berani dan berbekal pengetahuannya, Abhimanyu dengan cerdik masuk ke dalam
Chakra Vyooh, diikuti Pandawa. Namun, tak beberapa lama, Raja Sindhu,
Jayadhrata, datang menghadang para Pandawa. Dengan berkat Siwa yang dimilikinya
(mampu menahan Pandawa (kecuali Arjuna) selama satu hari), Jayadhrata berhasil
menahan Pandawa tertinggal di belakang, dan hanya menyisakan Abhimanyu sendiri
masuk ke dalam formasi menghadapi senapati-senapati Korawa.
Dan di
dalam sanalah, Abhimanyu putera Arjuna berjuang. Menembus barikade senapati
Korawa. Bahkan dia sempat membunuh Laksmana, putera Duryodhana. Hal itu segera
membuat Duryodhana berang, dan memerintahkan Karna (Raja Angga, Putera Surya,
Narpati Basukarna) memanah busur Abhimanyu dari belakang. Setelah busurnya
patah, segera pihak Korawa menyerang Abhimanyu secara serentak. Abhimanyu sempat
bertahan hingga pedang, kereta, dan kudanya hancur. Perisai yang digunakan
Abhimanyu, yang berasal dari roda kudanya, turut serta dihancurkan. Pembantaian
terhadap Abhimanyu akhirnya terhenti setelah Putra Dursasana menghancurkan
kepalanya dengan gada.
Berita kematian
Abhimanyu sampai pada Arjuna. Kesedihan pula dengan segera menghampiri Arjuna. Arjuna
sadar, jika Jayadhrata tidak menghalangi Pandawa, sudah pasti Pandawa mampu
membantu Abhimanyu keluar dari jebakan tersebut. Hal itu membuat Arjuna
mengucap sumpah akan membunuh Jayadhrata pada hari berikutnya, atau dia yang
akan mati.
Hari
ke-14 Bharatayuda. Arjuna dengan sumpahnya menembus barikade pertahanan Korawa.
Sementara Jayadhrata, yang merupakan target utama Arjuna, disembunyikan pihak
Korawa jauh dari jangkauan Arjuna. Lusinan senapati yang coba menghadang
Arjuna, dengan sigap segera tertembus pertahanannya oleh Arjuna. Namun hingga
matahari menjelang senja tiba, Jayadhrata masih disembunyikan sehingga tak
terlihat oleh Arjuna. Melihat hal itu, Sri Khrisna segera mengeluarkan Chakra
sehingga senjata tersebut menutupi matahari dan suasana Kurukhsetra menjadi
gelap. Melihat hal itu, pihak Korawa mengganggap peperangan telah usai. Jayadhrata
segera keluar dari persembunyiannya dan menagih sumpah Arjuna untuk mati,
karena tak mampu membunuh Jayadhrata. Sri Khrisna yang telah melihat Jayadhrata
keluar, segera menarik Cakhra dan Kurukhsetra kembali terkena sinar matahari. Belum
sempat Jayadhrata sadar telah masuk perangkap Khrisna, Arjuna telah menarik
busurnya dan memutus leher Jayadhrat.
Dalam
pewayangan Jawa, Abhimanyu merupakan ksatria paling pemberani di keturunan
Kuru. Dia adalah satria termuda yang tewas di Bharatayuda, pada usia 16 tahun. Pembantaian
yang dilakukan Korawa adalah dengan menembakkan ribuan panah dan senjata
serentak ke arah Abhimanyu, sampai dia jatuh dan terjerembab. Dalam pewayangan
Jawa, lukanya disebut Arang Kranjang –banyak
sekali-. Sehingga tubuhnya sampai seperti landak, dengan ribuan senjata
menancap di tubuhnya. Kekalahan Abhimanyu tersebut adalah akibat sumpahnya
sendiri saat melamar Dewi Utari. Abhimanyu yang kala itu telah beristri Siti
Sundari, berucap sumpah akan mati dihujani panah jika dia ternyata telah
menikah. Dewi Utari percaya dan akhirnya mnikahinya, namun karena memang
Abhimanyu berbohong, dia pun dihujani panah pada Bharatayuda. Lesmana yang
mengetahui Abhimanyu terjerembab, mendekati dan coba membunuh Abhimanyu. Namun ternyata
Abhimanyu masih sanggup melempar Keris Pulaanggeni, mengakhiri hidup Lesmana
dan 4 satria Korawa lain. Dan pada akhirnya, Gada Galih Asem milik Jayadhrata,
satrianing Banakeling lah yang menghabisi Abhimanyu.
Berikut
adalah kutipan Kakawin Bharatayuda tentang pertempuran terakhir Abhimanyu
(sumber Wikipedia Indonesia):
.
Ngkā Sang Dharmasutā təgəg mulati
tingkahi gəlarira nātha Korawa, āpan tan hana Sang Wrəkodara Dhanañjaya
wənanga rumāmpakang gəlar. Nghing Sang Pārthasutābhimanyu makusāra rumusaka
gəlar mahā dwija, manggəh wruh lingirāng rusak mwang umasuk tuhu i wijili
rāddha tan tama
|
Sāmpun mangkana çighra sāhasa
masuk marawaça ri gəlar mahā dwija. Sang Pārthātmaja çūra sāra rumusuk
sakəkəsika linañcaran panah, çirṇa ngwyuha lilang təkap Sang Abhimanyu təka
ri kahanan Suyodhana. Ḍang Hyang Droṇa Krəpāpulih karaṇa Sang Kurupati malayū
marīnusi.
|
Ṇda tan dwālwang i çatru çakti
mangaran Krətasuta sawatək Wrəhadbala. Mwang Satyaçrawa çūra mānta kəna tan
panguḍili pinanah linañcaran. Lāwan wīra wiçesha putra Kurunātha mati malara
kokalan panah. Kyāti ng Korawa wangça Lakshmanakumāra ngaranika kaish Suyodhana.
|
Ngkā ta krodha sakorawālana manah
panahira lawan açwa sarathi. Tan wāktān tang awak tangan suku gigir ḍaḍa
wadana linaksha kinrəpan. Mangkin Pārthasutajwalāmurək anyakra makapalaga
punggəling laras. Dhīramūk mangusir ỵaçānggətəm atễn pəjaha makiwuling
Suyodhana.
|
Ri pati Sang Abhimanyu ring
raṇāngga. Tənyuh araras kadi çéwaling tahas mas. Hanana ngaraga kālaning
pajang lèk. Çinaçah alindi sahantimun ginintən.
|
Berikut adalah kurang lebih artinya:
Pada saat itu Yudistira tercengang melihat formasi perang
Raja Korawa, sebab Bima dan Arjuna tak ada padahal merekalah yang dapat
menghancurkannya. Hanya Putera Arjuna, yaitu Abimanyu yang bersedia merusak
formasi yang disusun pendeta Drona itu. Ia berkata bahwa
ia yakin dapat menggempur dan memasuki formasi tersebut, hanya saja ia belum
tahu bagaimana cara keluar dari formasi tersebut.
|
Setelah demikian, mereka segera
membelah dan menyerang formasi pendeta Drona tersebut dengan dahsyat. Sang
Abimanyu merupakan kekuatan yang membinasakan formasi tersebut dengan
tembakan panah. Sebagai akibat serangan Abimanyu, formasi tersebut hancur
sampai ke pertahanan Duryodana. Dengan ini Dona dan Krepa mengadakan serangan balasan, sehingga Duryodana dapat
melarikan diri dan tidak dikejar lagi.
|
Dengan ini tak dapat dipungkiri
lagi musuh yang sakti mulai berkurang seperti Kretasuta dan keluarga
Wrehadbala. Juga Satyaswara yang berani dan gila bertarung tertembak sebelum
dapat menimbulkan kerusakan sedikit pun karena dihujani panah. Putera Raja
Korawa yang berani juga gugur setelah ia tertusuk panah. Putera tersebut
sangat terkenal di antara keluarga Korawa, yaitu Laksmanakumara, yang
disayangi Suyodhana.
|
Pada waktu itu seluruh keluarga
Korawa menjadi marah, dan dengan tiada hentinya mereka memanahkan senjatanya.
Baik kuda maupun kusirnya, badan, tangan, kaki, punggung, dada, dan muka
Abimanyu terkena ratusan panah. Dengan ini Abimanyu makin semangat. Ia memegang
cakramnya dan dengan panah yang patah ia mengadakan serangan. Dengan
ketetapan hati ia mengamuk untuk mencari keharuman nama. Dengan hati yang
penuh dendam, ia gugur di tangan Suyodhana.
|
Ketika Abimanyu terbunuh dalam
pertempuran, badannya hancur. Indah untuk dilihat bagaikan lumut dalam periuk
emas. Mayatnya terlihat dalam sinar bulan dan telah tercabik-cabik, sehingga
menjadi halus seperti mentimun.
|
0 komentar:
Dimohon untuk menggunakan kata-kata yg sopan